Selasa, 15 November 2011

Do You Know, How Precious Those Words are???

"Doa mu menjadi separuh nafasku"

Ahh,, MasyaAllah,,
Kamu mungkin tak akan pernah tahu seberapa besar efek dari kata-kata itu untuk ku.
Seluruh bunga sepertinya bermekaran, biola mengalun indah, dan sungai mengalir jernih, #gombal lebay,,
Tapi memang seperti itulah adanya,,
Entah apakah maksud kata-katamu itu sang pujangga.

Bukan hanya doaku yang kuharap bisa menjadi separuh nafasmu,
Tapi aku akan bisa menjadi sebagian jiwamu,,

Sabtu, 05 November 2011

The Curse Of Raditya Dika's Joke

"Tipe cowo zaman sekarang itu cuma 2, kalau bukan BAJINGAN ya HOMO"

Itulah kalimat yang di sampaikan temanku waktu kami sedang bercanda kemaren dulu. Sontak saja aku bertanya dari mana dia dapat kalimat 'super' itu, Raditya Dika bilangnya. Owwwhhh yup, make-sense. Stand Up komedian yang terkenal itu asal muasalnya. Aku sempat tak percaya, masa iya sih cuma dua, helloww mana cowo baik-baiknya neh ? Langka ya ? udah kayak Komodo tuch, petut dilestarikan.

Dan tiba-tiba, Duaaarrr, dueerr, dooorrrrr,,
Surpriiiiseeeeee,,,, but Shockingggg,,
Dalam satu hari dua kabar kudapatkan, and that was the curse of Raditya Dika,,
fiuuhhhh,,,,,

Berita pertama, bahwa dia orang yang kukagumi selama ini, and almost being my fiancee is masuk kategori kedua, dan berita itu kudapat dari cerita mama yang juga dapet cerita dari orang terpercaya #loh. Oh God,,,, how it can be, sosok sempurna dimataku, religious pula,, dunia memang udah ga bener. Unbelievable, but that is the truth. Tuhan terlebih dahulu menunjukan padaku kebenarannya, sebelum nanti akan menyakitkan kedua belah pihak jika berhubungan lebih jauh. And it's over, of course.....

Berselang beberapa jam kemudian, kutemukan kenyataan bahwa orang yang kupercayai, he lies to me,, Da*n,, #Masuk kategori pertama kukira. saat itu hampir tengah malam, aku kelimpungan mencari teman untuk berbagi, karena sudah bisa dipastikan mereka banyak yang sudah tidur. Akhirnya, muhasabhlah aku sendiri. Marah, benar-benar marah, sempat berpikir kenapa selalu berakhir seperti ini, tapi tidak, pikiran itu tak boleh bertahan lama, sama saja aku tak bersyukur atas apa yang telah digariskan Tuhan padaku. Setelah lama memikirkan, ternyata ya, mungkin aku juga ikut andil dalam hal ini, aku yang berlebihan menaruh harapan, dan kepercayaan, aku mungkin marah karena menganggap aku pernah dipermainkan, ahhhh,,apalah, dia mungkin sudah sering ingin mengungkapkannya, tapi entah mungkin tak tega ketika melihatku, I don't know lah,, yang jelas dari sekarang belajarlah menganggapnya bukan siapa-siapa, ikhlaskan...

Aku bukannya tidak berhak dicintai atau mencintai siapapun, namun belum saatnya saja, karena Kau telah mempersiapkan yang terbaik kan Tuhan ??? Ya, I believe You always,,,
Sekarang, maslah itu bukanlah harus jadi prioritas penting, biarkan saja ia mengalir. Jodoh akan datang disaat yang tepat. yang terpenting sekarang, jadilah berharga, dan yang berharga akan mendatangimu pula.

keep moving,,,

Selasa, 01 November 2011

DIALOG SEBUAH DUKA


“ketika cinta adalah saat dia datang kepadamu dan menceritakannya tentang dia yang lainnya, maka kau akan tersenyum dan berkata, aku bahagia jika kau bahagia”

Dia adalah gadis, mekar dalam sangkarnya,,
Dia adalah mawar, harum dalam tamannya,,
Dia adalah putri raja yang percaya bahwa nanti akan ada pangeran yang datang menjemputnya,,
Dia adalah pemimpi untuk cinta, pengagum sang pujangga,,

Seprti oase di tandusnya Sahara,
Seperti angin di teriknya sinar,
Seperti air di keringnya alam,,
Menyejukkan,,
Dia,, sang pujangga hatinya,
Sang gadis mengaguminya,,
Kagum,, kemudian cinta,
Mencintainya,,,

Tanpa pernah bosan di bacanya seluruh rima karya sang pujangga,
Di telisiknya tiap makna yang ada,,
Hanya untuk setitik harapan bahwa syair itu adalah untuk kehadirannya,,
Sang pujangga, yang di tiap bait-baitnya selalu mengikrarkan tentang bidadarinya,
Hawa indah penuh pesona,
Sang gadis hanya mengira, tak berani berharap,,

Di tiap malam, bersama bulan,,
Di nyanyikannya kidung-kidung rindu, juga melalui pena,,
Hanya bulan yang mendengarnya,
Sang gadis tak punya keberanian untuk menerbangkannya kepada sang pujangga,,
Namun sang gadis tak pernah sadar bahwa mungkin saja angin pernah tak sengaja menyenandungkannya, dan sang pujangga mendengarnya,,

Dan kemudian hari itu,
Hinggap di jendelanya mepati jingga, dengan sebuah risalah terikat di kakinya,,
Sang gadis tak pernah menduganya,, Dan itu adalah kata dari sang Pujangga,,
Untuknya,,,

***
Assalamualaikum
Maaf beribu maaf atas semua kelakuanku, dan aku minta maaf atas semua ketidak jujuranku kepada semua orang dan juga padamu.
Kau pasti tahu bagaimana sakit dan hancurnya di hianati cinta, bagai kaca yang pecah berkeping-keping sulit tuk menyatukannya kembali, walau telah bersatu, ia tak akan sempurna seperti dulu. Itulah yang terjadi padaku wahai sahabatku.
Ada dua alas an mengapa aku memuji-muji seorang hawa dalam syair-syairku, pertama, agar rasa sakit hatiku berkurang karena kecurangan cinta, paling tidak mengurangi airmata yang berjatuhan disetiap hariku. Kedua, siapakah yang kau puja wahai pujangga? Aku memuja bidadariku, seseorang yang sudi menerimaku, menyanyangiku, mencintaiku, menemaniku di dunia sampai akhiratku, dialah istriku. Aku terus memujanya walau aku tak tahu siapa dia, dimana dia, dan apa yang sedang dilakukannya. Aku meminta kepada Yang Maha Kuasa agar aku dipertemukan disaat jiwa ragaku sudah benar-benar siap menerimanya dan membahagiakannya.
Sekali lagi aku minta maaf wahai sahabatku atas kelakuanku ini.

***
Hening,,,,,
Badai berkecamuk di dalam hati,,
Sang gadis tahu apa makna selembar kertas putih itu,,
“akhiri”,,
 Ya,,, akhir dari segala rasa cinta yang dia miliki,
Karena bukanlah hak sang gadis memilikinya,
Ia telah termiliki untuk bidadari lain, indah tak ternama, di luar sana,,

Mulailah sang gadis berpikir,, menyadari,
Bahwa siapakah dia, berani berharap pada sang pujangga,,
Berani memintal rindu untuk hari-harinya,,
Tentu saja ada hawa penuh pesona di luar sana,
Di balik gerbang istananya,,,

Sang gadis berderai, tak bersuara, bulan menyaksikannya,
Dan ketika itulah bulan mengajarkannya tentang apa itu cinta,,
Di tulisnya sebait kata sebagai pengantar hati,
Diikiatkan kembali pada merpati, dan dikirim ke luasnya semesta,
Tempat sang pujangga akan menerimanya,,

***
Berbahagialah untukmu selalu,
Ku doakan dari tempatku berada,
Aku bahagia, jika kamu bahagia, Sahabat

***
Dan berakhir sudah,,
Hawa itu jelas bukan dirinya,,
Tapi berakhirkah rasa cinta,,
Tidak,,, tak pernah,,
Sang gadis tetap menyimpannya rapat,,
Masih bersama bulan, ia menggumamkan rindu yang tak akan pernah terbalaskan,,,

Senin, 31 Oktober 2011

Membaca Isyaratmu di Sudut Malam,,

Berjuta kali ku baca,,
Tak pernah bisa ku ungkap maknanya,,
Beribu kali ku pahami,,
Tak pernah ku dapat siapa pemiliknya,,

Selamanya kah aku harus menduga-duga,,
Hingga akhirnya kulihat kau berdiri jauh di seberang persimpangan,,
Aku tak setangguh itu,
Untuk melihatmu sekali lagi terlepas,
Atau pernahkan kau dapat ku genggam ??

Karena ragaku wanita,
Jiwaku tak tercipta untuk yang pertama kali berkata,,
Karenanya,, ungkaplah isyarat mu,,
Terangi ia, seterang mentari di padang Jingga,
Atau serahkan pada bulan,,
Karena ia tahu kemana mengirimkan,,

Menerjemahkan Segala Isyarat #tebak-tebak buah manggis

Lebih sulit ketimbang menerjemahkan buku linguistics terbitan tahun 60-an,,hehehehe
Lebayy,, #boleh lah,,
Malah harus ku pikir, ketika bertemuka muka dengan segala syair-syair itu, #emang punya muka ???

Terkadang ia kau tulis dengan lugas, walaupun masih tersimpan rapat untuk siapa,,
Sesekali kau buat ia seperti labirin misteri, menyimpan rapi siapa penerimanya,,
Lalu ada juga kau bahasakan dengan simbol yang aku pahami,
hmmmm,,,, benarkah itu untukku ????
Aku berpikir seperti itu hanya karena kau mempersembahkannya dengan bahasa yang aku juga mengerti maknanya, yang lain tidak,,ahhhhh entahlah,,, hehehe #lagi-lagi hanya spekulasi
Aku memang terlalu banyak berspekulasi bila berhadapan dengan syair-syairmu, bahkan terkadang bisa menebak-nebak pasti, padahal mana ku tahu jelas untuk siapa itu #efek virus ini besar sekali,,

Satu kali aku pernah merasa begitu yakin bahka segala isyarat yang tertera adalah untuku,
Ketika kau dengan jelas menulis bahwa dia yang kau tujukan pasti membacanya dan pasti merasakannya juga,,
#tersenyum-senyum,,, tapi tetap saja masih mengawang-awang,, bener ga sih cuma aku yang ngerti,,, xixixi
Is it true, that only me can read and understand its meaning ???? hmmmmm

Dan,,,adakah kau juga mengerti isyarat yang ku kirimkan ????
#streng komite mode:on ^0^

Kamis, 27 Oktober 2011

Disini, Kugemakan Namamu #Jika kau ingin tahu


*Jika kau ingin tahu, untaian kata ini tercipta dari rasa putus asa dan rasa lelahku menyembunyikan namamu. Akhirnya, kuteriakkan namamu melewati bibirku membiarkan semesta tahu. Jelas, namun tak lantang, aku tak seberani itu. Namamu tertera di balik untaian bait ini, jika kau mau menyibak sedikit misteri dibalik nya.

Satu nada lagi menggema dalam neuron saraf ku,
Nada-nada yang telah berjumlah ribu semenjak pertama kalinya melafalkan namamu,
Mereka bermelodi membait lagu,
Tentang kamu dan diriku,

Masihkah mampu aku menundukan pandanganku,
Ketika dua bola matanya menangkap bayangan akan hadirmu,
Meski hanya distorsi bulan di danau semu,
Dan juga bayangan ungu di ilalang yang berderu,

Aku tertawa dalam hening, sinis,
Karena malu akan ketidaksanggupanku meraihmu, dan segala tipu khayalku,
Kau jauh tak tergapai, tak tersapa, bahkan terkadang abstrak,
Lapisan langit ke delapan, dan kedalaman bumi yang kedelapan pula, fatamorgana,

Empat purnama kulewatkan dalam bayang-bayang tentang hadirmu,
Sudah selama itu pula aku hilang dalam kerang kecilku, hanyut dalam kesendirianku,
Aku diam di dalam tempat berlindungku dari hujaman senyum sabitmu,
Aku sendu di dalam rinduku untuk menatapmu, menatap sinar mata almondmu,

Aku berdiri lunglai, terkadang kokoh dan sering pula jatuh,
Merekam tiap gerak syahdumu di titian persimpanganku,
Tak berarti lagi tiap arah mata angin yang aku tahu,
Utara, Timur, Selatan, Barat, dan Dikokohnya rengkuhanmu, Mata Angin Kelima,

Ketika semua ketidakmungkinan membalik menjadi nyata,
Dan ketika seketika tubuhmu membalik ke arahku,
Kubiarkan jagat raya tahu,
Jika aku disini, menunggumu di persimpanganku,
Maka, berbaliklah,,,,,,,,

Senin, 24 Oktober 2011

Menggenggam Sebuah Janji #entahlah, apakah memang itu sebuah janji, atau hanya diriku yang mengelabui diri ????

Bulan selalu tersenyum ketika didapati aku di dekat jendelaku,,
Dia tahu, bahwa aku akan siap bercerita untuknya,,
Aku bahagia bersahabat denganmu, bulanku,,,,

Kutatap lengkung separuh bulanku,,
Ku bisikkan untaian rindu,,

"Ia mengirimkanku sebuah janji atau mungkin bukan, entahlah,, tapi itu saja mampu membuatku haru",, ceritaku pada bulan,,

"Siapa ?" tanya bulan tak mengerti,
"Dia, kau tahu pasti siapa", aku tersipu,,
Bulan tersenyum, ia tahu,,,

"Sekarang giliranmu untuk membuatku melepas rindu", pintaku
"Katakanlah," Tulus, bulan menjawab

"Hadirkan dia,",,

Dan kemudian,,
Sinar mata itu menjelma,
Lengkung senyum itu terbias,
wajah itu ada,,
meski hanya bayangan, bayangan yang ku rindukan,,

Dan kami benar-benar menatap bulan, bintang, awan, planet, meteor, ikarus, segalanya,, benar-benar segalanya,,,,
Meski bukan cerita Cinderela, ia tetap harus pergi, tanpa meninggalkan apapun, walau hanya sepatu kaca seperti cerita dongeng itu,, Ia hilang "plop" tanpa kiasan,,,

Aku masih di jendela ku, menatap bulanku dengan haru,,
"Terimakasih bulanku",, bulir itu mengalir karena bahagiaku,,
"Untukmu selalu", bisiknya,, mengusap airmataku.

Sungguhkah ia berharap menatap bulan bersamaku ???